MAKALAH
ALAT DAN MESIN BUDIDAYA PERTANIAN
Tentang
PENGOLAHAN TANAH
Disusun Oleh :
Muhammad Ansori J1B 012 085
Mulya Utami J1B 012 093
Nurjani J1B
012 099
Sadaruddin J1B 012 117
Husnaini J1B 013 043
Isna Hilda Arini J1B 013 053
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS
MATARAM
MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT., Tuhan semesta alam pemilik dari segala
yang hidup dan penguasa segala keteraturan, yang senantiasa selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dan dapat
terselesaikam tepat pada waktunya. Dan sholawat serta salam semoga senantiasa
Allah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sahabatnya, keluarganya,
serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari
bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya karena manusia itu tidak ada yang sempurna. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun
baik dari pembaca maupun dosen pembimbing mata kuliah Alat dan Mesin
Pertanian sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk kita semua khususnya Universitas Mataram dan masyarakat luar pada umumnya.
Mataram, 01
Mei 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Budidaya tanaman pertanian, diperlukan
beberapa tahap hingga pada akhirnya mencapai proses panen dan proses pasca
panen. Dalam proses-proses tersebut yang merupakan proses awal adalah
pengolahan lahan (soil tillage). Pada proses ini berfungsi untuk menggemburkan
tanah, menghilangkan kotoran-kotoran dan sampah pada tanah. Proses pengolahan
lahan meliputi tahap pembajakan dan penggaruan.
Seiring dengan
berkembangnya zaman, pengolahan tanah yang awalnya dilakukan dengan cara
konvensional, dengan menggunakan tenaga hewan ternak, dapat berupa sapi ataupun
kerbau. Sekarang ini, pengolahan dengan cara konvensional diganti dengan
teknologi yang lebih canggih.
Dan secara umum pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah
primer (pengolahan tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan
tanah kedua), meskipun pada kenyataannya perbedaan tersebut kurang tegas (bisa
saling tumpang tindih). Perbedaan antara pengolahan tanah primer dan pengolahan
tanah sekunder biasanya didasarkan pada kedalaman pengolahan serta hasil
olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya mempunyai kedalaman olahan yang
lebih dalam (>15 cm ) dengan bongkah tanah hasil pengolahan lebih besar,
sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah tanah lebih dangkal (< 15 cm)
serta hasil olahannya sudah halus dengan permukaan tanah yang relatif rata
(siap untuk ditanami) (Pak Tas, 2008).
1.2. Rumusan Masalah
a. Pengertian
pengolahan tanah.
b. Analisa keragaman teknis alat pengolahan tanah.
c. Fungsi pengolahan tanah.
d. dampak pengolahan tanah.
1.3. Tujuan Makalah
a. Untuk mengetahui
pengertian pengolahan tanah.
b. Untuk
mengetahui analisa keragaman teknis alat pengolahan tanah.
c. Untuk mungsi pengolahan tanah.
d. Untuk dampak pengolahan tanah.
BAB
II
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Pengolahan Tanah
Tanah merupakan medium alami pertumbuhan tanaman.
Tanah menyediakan sumber organik sebagai nutrisi tanaman. Tanah memiliki
kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yaitu bahan
induk, iklim, dan organisme tanah. Kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh sistem
pengelolaan tanah (Rao,N. S. Subba,1994).
Pengolahan tanah adalah proses penggemburan
dan pelembekan tanah dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber
tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering menyebabkan
kesuburannya berkurang.
Perbedaan pengolahan
tanah modern dengan pengolahan tanah sederhana adalah pada alat-alat yang
digunakan. Pengolahan tanah modern menggunakan perlatan modern, seperti traktor
sebagai tenaga penggerak bajak. Akan tetapi pengolahan tanah sederhana, masih
menggunakan tenaga penggerak dari hewan, seperti kerbau, sapi, atau hewan
ternak lainnya dalam pengolahan tanahnya. Sehingga, akan lebih baik menggunakan
cara pengolahan tanah modern, karena memiliki banyak keuntungan, diantaranya
adalah proses pengolahan tanah lebih cepat diselesaikan karena menggunakan
tenaga mesin.
3.2. Analisa Keragaman Teknis Alat Pengolahan tanah
Pengolahan
tanah dalam rangka mempersiapkan lahan tanam membutuhkan peralatan untuk
memudahkan dalam pengolahan lahan. Ada 3 macam sumber tenaga, yaitu :
1.
Tenaga
Manusia
2.
Tenaga
Hewan
3.
Tenaga
Traktor
Sesuai
yang dikemukakan oleh Arsyad (1967) bahwa terdapatnya traktor dalam satu desa
menunjukkan bahwa petani di desa tersebut telah memasuki era pertanian modern.
Hal ini mengakibatkan kehidupan petani di desa dengan pertanian modern akan
lebih baik dan lebih maju dibandingkan desa yang pertaniannya masih sederhana
dan belum menerapkan teknologi alsintan (alat mesin pertanian).
Adapun alat yang digunakan untuk tiap
tipe traktor adalah sama, yaitu pada pengolahan tanah primer menggunakan bajak
singkal (bajak tunggal), dan untuk pengolahan tanah sekunder menggunakan
gelebek (bajak rotari ). Tingkat kemampuan kerja traktor juga dipengaruhi oleh
lebar bidang kerja alat itu sendiri, lebar bidang kerja terbesar yaitu pada
tipe Quick G1000 yaitu 325 mm, dan untuk tipe Yanmar TF85 300 mm. Sedangkan
untuk traktor tipe lainnya menggunakan bajak dengan lebar bidang kerja 260 mm.
1. Pengolahan Tanah Primer
Peralatan yang digunakan oleh petani pada pengolahan tanah primer
adalah untuk memotong, memecah dan membalik tanah sampai kedelaman dari 15
sampai 91 cm. Alat-alat tersebut yaitu :
a. Bajak Singkal (Mold Board Plow)
Bajak Singkal dapat digunakan untuk
bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik tanah. Bagian dari
bajak singkal yang berfungsi memotong dan membalik tanah disebut botton, yang dibangun dari bagian-bagian
utama, yaitu: singkal (molg board), pisau
(share) dan penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut
dipadukan pada bagian yang disebut frog.
Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame)
melalui batang penarik (beam).
Gambar 1. Bajak Singkal
Tradisional Gambar 2. Bajak Singkal Mekanis
(Cangkul)
b. Bajak
Piringan (Disk Plow)
Bajak piringan diciptakan untuk mengolah tanah
dengan kondisi yang sulit bagi bajak singkal. Piringan dari bajak ini pada saat
beroperasi dapat menggelinding dan berputar, sehingga bukan telapak bajak yang
harus meluncur sehingga diharapkan dapat mengurangi gesekan dan tahanan tanah
(draff) yang terjadi. Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi
dengan pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang
lengket pada piringan juga membantu dalam pembalikan potongan tanah.
Keuntungan menggunakan bajak piringan yaitu :
oDapat
bekerja di tanah keras dan kering
oDapat untuk
tanah-tanah yang lengket dan berdebu
oDapat untuk
tanah-tanah yang kasar, berbatu dan banyak perakaran
oDapat untuk
tanah-tanah yang gambut dan berseresah tebal
oDapat untuk
pembajakan yang dalam
c. Bajak Rotary
Alat pengolah tanah yang terdiri dari beberapa pisau yang tertaut pada
poros yang berputar dari sumber tenaga traktor atau disambungkan dengan sumber
daya putar dari traktor (PTO), berfungsi mencacah dan menghancurkan tanah yang
ringan atau bongkahan tanah hasil pembajakan dengan bajak singkal atau bajak
piringan dimana lebar poros menentukan lebar pengolahan tanah (Badan
Standardisasi Nasional, 2009).
Ganbar 3. Bajak Singkal 2 Arah Bajak Rotari
2.
Pongolahan
Tanah Sekunder
Pengolahan Tanah kedua dilakukan setelah pembajakan, istilah pengolahan
tanah kedua atau pengolahan tanah sekunder diartikan sebagai pengadukan tanah
sampai jeluk yang relatif tidak terlalu dalam. Alat-alat pengolah tanah kedua
meliputi:
a.
Garu (Harrow)
Garu merupakan peralatan yang dipergunakan untuk meratakan tanah, memecah
bongkahan tanah, mengaduk tanah dan mencegah serta membinasakan gulma, dan
sering juga dipergunakan untuk menutup biji. Berikut merupakan jenis garu,
yaitu:
ü Garu
Piringan (Disk Harrow)
Garu piring ini ada dua macam, yaitu sebagai berikut:
1.
Garu piring aksi tunggal
Apabila posisi garu piring dalam
penggandengannya dengan traktor menyamping, maka garu tersebut disebut garu offset.
Bagian-bagian dari garu piring adalah : piringan (disk), as (gang/arbor
bolt), rangka (frame), bantalan (bearing), bumper, kotak
pemberat, dan pembersih tanah (scaper).
2.
Garu piring aksi ganda
Piringan dapat bersisi rata atau
bergerigi. Piringan yang bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang mempunyai
banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum berkisar antara 45 sampai 60 cm,
sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm.
Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan jarak antara 15
sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan
oleh gelondong(spool).Masing-masing as (gang) diikat ke rangka
melalui standar yang berdiri pada bantalan. Untuk garu yang ringan satu as
mempunyai dua bantalan, sedangkan yang berat lebih dari dua bantalan. Pada
ujung as di bagian cembung piringan ditempatkan bumber berupa besi tuang yang
cukup berat untuk menambah tekanan ke samping. Apabila garu piring tidak cukup
berat untuk memecah tanah, maka dapat ditambah beban yang ditempatkan pada
kotak pemberat. Untuk membersihkan tanah yang melekat pada piringan, biasanya
setiap piringan dilengkapi dengan pengeruk tanah (scraper) yang diikat
pada rangka.
Garu piringan yang digunakan sebelum pembajakan untuk
memotong sisa tanaman yang tertinggal dipermukaan tanah dan menggemburkan tanah
lapisan atas sehingga paliran akan membentuk hubungan yang lebih baik dengan
tapak paliran sehingga mencegah terbentuknya ruang-ruang udara saat paliran
dibalik. Penggunaan setelah pembajakan untuk menggemburkan tanah dan menempatkan
tanah dalam keadaan yang lebih baik bagi benih. Tujuan lain adalah:
o Menyiapkan lahan dalam keadaan siap tanam
o Pendangiran tanah
o Pemberaan
o Menutup biji
yang disebarkan dengan tanah.
Pembajakan yang baik terdiri atas pembalikan dan pemerataan tanah, pembuatan
paliran yang bersih bulat seragam. Pembajakan memiliki peran penting dalam
pengolahan tanah, sehingga perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
·
Puncak paliran (furrow) sedikit
bergerigi.
·
Tanah harus digemburkan dengan
sempurna dari puncak sampai dasar paliran.
·
Masing-masing paliran harus lurus
dari ujung ke ujung lahan yang rata.
·
Setiap paliran balik sedikit lebih
tinggi dan segala macam seresah tertimbun dengan sempurna.
·
Garis besar paliran harus pada satu
titik tanpa patahan dan cekungan.
·
Semua seresah harus terbenam empurna
di sudut kanan paliran yang lebih rendah.
·
Paliran haris sepenuhnya seragam.
·
Kedalaman semua paliran harus sama,
yang berlanjut dengan kedalaman yang seragam.
·
Alur buntu harus bebas dari semua
seresah.
·
Jalur yang tak terpecah tidak boleh
dibiarkan di antara paliran dalam pembajakan menurut kontur (garis tinggi).
3.3. Fungsi Pengolahan Tanah
Fungsi tanah yang primer menurut
Haryadi (1988) adalah :
1.
Memberikan
unsur-unsur mineral, melayani baik sebagai medium pertukaran maupun
sebagai tempat persediaan.
2.
Memberikan
air dan melayaninya sebagai perubahan.
3. Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu
untuk tegak. Untuk mendapatkan tanah yang bagus, maka pengolahan tanah
disesuaikan dengan kondisi lingkungan antara lain: iklim, keadaan tanah, jenis
tanaman dan saat tanam.
4. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk memecahkan
gumpalan tanah menjadi gembur dan mengatur kesuburan tanah sehingga sesuai
untuk ditanami. Pengolahan tanah bertujuan untuk:
a) Menciptakan struktur yang
ideal bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik.
b) Membersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman.
c) Memperbaiki aerasi dan drainase.
d) Untuk mencapai tujuan tersebut biasanya pengolahan
tanah dilakukan beberapakali. Cara dan saat pengolahan tanah disesuaikan
dengan kondisi lingkungan antara lain:
1. Pengolahan tanah dengan tenaga manusia.
2. Pengolahan tanah dengan tenaga hewan (ternak).
3. Pengolahan tanah
dengan tenaga mesin.
3.4. Dampak Pengolahan Tanah
a. Dampak Positif
Adapun dampak positif dari pengolahan tanah ini adalah:
· Meregangkan
tanah sehingga tercipta ruang dan pori-pori yang memungkinkan tanah mendapatkan
aerasi udara.
·
Membantu mencapuradukkan residu
tanaman, materi organik tanah, dan nutrisi menjadi lebih merata.
·
Membunuh gulma secara mekanis.
·
Mengeringkan tanah sebelum penanaman
benih. Hal ini merupakan dampak yang positif pada wilayah beriklim basah.
·
Ketika dilakukan di musim gugur,
pengolahan tanah membantu meremahkan tanah sepanjang musim dingin melalui
mekanisme pembekuan dan pelelehan yang dapat terjadi berkali-kali sepanjang
musim dingin. Hal ini membantu persiapan penanaman untuk musim semi.
b.
Dampak Negatif
Adapun dampak negatif dari pengolahan tanah ini
adalah:
·
Mengeringkan tanah sebelum penanaman
benih. Hal ini merupakan dampak yang negatif pada wilayah beriklim kering.
·
Mengurangi laju penyerapan air
sehingga meningkatkan erosi tanah.
·
Dengan laju penyerapan air
berkurang, maka ada risiko terjadi aliran air permukaan yang membawa residu
pupuk dan pestisida yang digunakan pada periode penanaman sebelumnya.
·
Mengurangi kadar organik tanah.
·
Mengurangi jumlah organisme tanah
bermanfaat seperti mikroba, cacing tanah, semut, dan sebagainya.
·
Menghancurkan agregat tanah.
·
Risiko terjadi pemadatan tanah pada
bagian yang tidak terbajak.
·
Residu tanaman yang hancur dan
tersisa di tanah dapat mengundang organisme dan serangga yang tidak diinginkan
dan berpotensi mengganggu produksi, juga mengundang penyakit.
Akan tetapi semua dampak positif dan negatif tersebut dapat terjadi maupun
tidak karena bergantung pada banyak faktor, diantaranya:
·
Jenis implemen yang digunakan.
·
Pembajakan tanah di malam hari dapat
mengurangi jumlah gulma yang tumbuh karena benih gulma yang masih terdormansi
dapat tumbuh ketika terpapar cahaya matahari.
·
Penggunaan implemen tertentu,
terutama yang tidak mencapai tanah dalam, (misal bajak piring) tidak membutuhkan traksi yang
tinggi sehingga dapat mempercepat pekerjaan pengolahan tanah sehingga
pengolahan tanah intensif dapat dilakukan dengan jumlah jam kerja yang lebih
sedikit. Penggunaan implemen jamak (misal traktor menarik bajak dan garu
sekaligus) juga mengurangi jam kerja traktor, namun risiko pemadatan tanah
lebih besar.
·
Sudut mata bajak juga berpengaruh
dalam memperlakukan residu tanaman.
·
Jumlah residu tanaman yang
tertinggal mempengaruhi laju erosi tanah; semakin banyak residu tanaman,
pergerakan air lebih terhambat sehingga erosi berkurang.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil referensi beserta hasil pengamatan
langsung, didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1.
Berbagai jenis bajak
digunakan berdasarkan jenis tanah yang akan diolah agar penggunaan dan
hasil bajakan tanah menjadi maksimal.
2.
Bajak singkal adalah bajak yang paling umum digunakan.
3.
Setiap jenis bajak memiliki kekurangan dan kelebihan yang
berbeda sesuai dengan pengaplikasiannya.
4.
Penggunaan bajak mekanis lebih menghemat waktu dan tenaga
(lebih efisien).
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional, 2009. Traktor Roda Dua-Unjuk Kerja dan Cara Uji.http://pphp.deptan.go.id/download/layanan_informasi/mutu_dan_standarisasi/sni-sni_tanaman_pangan/31146_sni_0738-2010.pdf.
Diakses
pada tanggal 25 Mei 2015.
Pak
Tas, 2008. Pengantar Mata Kuliah Mesin
Peralatan Pertanian. http://teknoperta.wordpress.com/2008/09/18/pengantar-mk-mesin-peralatan-pertanian-2/.
Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
Rao,N. S. Subba,1994. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-15415-Chapter1-203019.pdf. Diakses
pada tanggal 25 Mei 2015
Smith, H. P. dan Wilkes, L. H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani (Edisi
keenam). Texas: Gadjah Mada University Press.
Banyak alat pertanian tradisional yang berperan untuk mengolah tanah, seperti arit cangkul sorok dll
BalasHapus