Kamis, 18 Juni 2015

Makalah Alsin (Pengolahan Tanah)



MAKALAH
ALAT DAN MESIN BUDIDAYA PERTANIAN

Tentang
PENGOLAHAN TANAH


Disusun Oleh :
Muhammad Ansori  J1B 012 085
Mulya Utami              J1B 012 093
Nurjani                       J1B 012 099
Sadaruddin                J1B 012 117
Husnaini                     J1B 013 043
Isna Hilda Arini         J1B 013 053



TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., Tuhan semesta alam pemilik dari segala yang hidup dan penguasa segala keteraturan, yang senantiasa selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dan dapat terselesaikam tepat pada waktunya. Dan sholawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sahabatnya, keluarganya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya karena manusia itu tidak ada yang sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun  baik dari pembaca maupun dosen pembimbing mata kuliah Alat dan Mesin Pertanian sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua khususnya Universitas Mataram dan masyarakat luar pada umumnya.

Mataram, 01 Mei 2015

Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Budidaya tanaman pertanian,  diperlukan beberapa tahap hingga pada akhirnya mencapai proses panen dan proses pasca panen. Dalam proses-proses tersebut yang merupakan proses awal adalah pengolahan lahan (soil tillage). Pada proses ini berfungsi untuk menggemburkan tanah, menghilangkan kotoran-kotoran dan sampah pada tanah. Proses pengolahan lahan meliputi tahap pembajakan dan penggaruan.
Seiring dengan berkembangnya zaman, pengolahan tanah yang awalnya dilakukan dengan cara konvensional, dengan menggunakan tenaga hewan ternak, dapat berupa sapi ataupun kerbau. Sekarang ini, pengolahan dengan cara konvensional diganti dengan teknologi yang lebih canggih. Dan secara umum pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer (pengolahan tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah kedua), meskipun pada kenyataannya perbedaan tersebut kurang tegas (bisa saling tumpang tindih). Perbedaan antara pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder biasanya didasarkan pada kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya mempunyai kedalaman olahan yang lebih dalam (>15 cm ) dengan bongkah tanah hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah tanah lebih dangkal (< 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus dengan permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami) (Pak Tas, 2008).

1.2. Rumusan Masalah
a.   Pengertian pengolahan tanah.
b.  Analisa keragaman teknis alat pengolahan tanah.
c.   Fungsi pengolahan tanah.
d.  dampak pengolahan tanah.

1.3. Tujuan Makalah
a.   Untuk mengetahui pengertian pengolahan tanah.
b.  Untuk mengetahui analisa keragaman teknis alat pengolahan tanah.
c.   Untuk mungsi pengolahan tanah.
d.  Untuk dampak pengolahan tanah.






































BAB II
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Pengolahan Tanah
Tanah merupakan medium alami pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan sumber organik sebagai nutrisi tanaman. Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, iklim, dan organisme tanah. Kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh sistem pengelolaan tanah (Rao,N. S. Subba,1994).
Pengolahan tanah adalah proses penggemburan dan pelembekan tanah dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering menyebabkan kesuburannya berkurang.
Perbedaan pengolahan tanah modern dengan pengolahan tanah sederhana adalah pada alat-alat yang digunakan. Pengolahan tanah modern menggunakan perlatan modern, seperti traktor sebagai tenaga penggerak bajak. Akan tetapi pengolahan tanah sederhana, masih menggunakan tenaga penggerak dari hewan, seperti kerbau, sapi, atau hewan ternak lainnya dalam pengolahan tanahnya. Sehingga, akan lebih baik menggunakan cara pengolahan tanah modern, karena memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah proses pengolahan tanah lebih cepat diselesaikan karena menggunakan tenaga mesin.

3.2. Analisa Keragaman Teknis Alat Pengolahan tanah
        Pengolahan tanah dalam rangka mempersiapkan lahan tanam membutuhkan peralatan untuk memudahkan dalam pengolahan lahan. Ada 3 macam sumber tenaga, yaitu :
1.      Tenaga Manusia
2.      Tenaga Hewan
3.      Tenaga Traktor
       Sesuai yang dikemukakan oleh Arsyad (1967) bahwa terdapatnya traktor dalam satu desa menunjukkan bahwa petani di desa tersebut telah memasuki era pertanian modern. Hal ini mengakibatkan kehidupan petani di desa dengan pertanian modern akan lebih baik dan lebih maju dibandingkan desa yang pertaniannya masih sederhana dan belum menerapkan teknologi alsintan (alat mesin pertanian).
       Adapun alat yang digunakan untuk tiap tipe traktor adalah sama, yaitu pada pengolahan tanah primer menggunakan bajak singkal (bajak tunggal), dan untuk pengolahan tanah sekunder menggunakan gelebek (bajak rotari ). Tingkat kemampuan kerja traktor juga dipengaruhi oleh lebar bidang kerja alat itu sendiri, lebar bidang kerja terbesar yaitu pada tipe Quick G1000 yaitu 325 mm, dan untuk tipe Yanmar TF85 300 mm. Sedangkan untuk traktor tipe lainnya menggunakan bajak dengan lebar bidang kerja 260 mm.
1.    Pengolahan Tanah Primer
Peralatan yang digunakan oleh petani pada pengolahan tanah primer adalah untuk memotong, memecah dan membalik tanah sampai kedelaman dari 15 sampai 91 cm. Alat-alat tersebut yaitu :
a.    Bajak Singkal (Mold Board Plow)
Bajak Singkal dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik tanah. Bagian dari bajak singkal yang berfungsi memotong dan membalik tanah disebut botton, yang dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu: singkal (molg board), pisau (share) dan penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut dipadukan pada bagian yang disebut frog. Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang penarik (beam).
          
Gambar 1. Bajak Singkal Tradisional        Gambar 2. Bajak Singkal Mekanis
(Cangkul)       
b.    Bajak Piringan (Disk Plow)
 Bajak piringan diciptakan untuk mengolah tanah dengan kondisi yang sulit bagi bajak singkal. Piringan dari bajak ini pada saat beroperasi dapat menggelinding dan berputar, sehingga bukan telapak bajak yang harus meluncur sehingga diharapkan dapat mengurangi gesekan dan tahanan tanah (draff) yang terjadi. Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan juga membantu dalam pembalikan potongan tanah.
Keuntungan menggunakan bajak piringan yaitu :
oDapat bekerja di tanah keras dan kering
oDapat untuk tanah-tanah yang lengket dan berdebu
oDapat untuk tanah-tanah yang kasar, berbatu dan banyak perakaran
oDapat untuk tanah-tanah yang gambut dan berseresah tebal
oDapat untuk pembajakan yang dalam
c.    Bajak Rotary
Alat pengolah tanah yang terdiri dari beberapa pisau yang tertaut pada poros yang berputar dari sumber tenaga traktor atau disambungkan dengan sumber daya putar dari traktor (PTO), berfungsi mencacah dan menghancurkan tanah yang ringan atau bongkahan tanah hasil pembajakan dengan bajak singkal atau bajak piringan dimana lebar poros menentukan lebar pengolahan tanah (Badan Standardisasi Nasional, 2009).
Ganbar 3. Bajak Singkal 2 Arah Bajak Rotari

2.    Pongolahan Tanah Sekunder
Pengolahan Tanah kedua dilakukan setelah pembajakan, istilah pengolahan tanah kedua atau pengolahan tanah sekunder diartikan sebagai pengadukan tanah sampai jeluk yang relatif tidak terlalu dalam. Alat-alat pengolah tanah kedua meliputi:
a.    Garu (Harrow)
Garu merupakan peralatan yang dipergunakan untuk meratakan tanah, memecah bongkahan tanah, mengaduk tanah dan mencegah serta membinasakan gulma, dan sering juga dipergunakan untuk menutup biji. Berikut merupakan jenis garu, yaitu:
ü Garu Piringan (Disk Harrow)
Garu piring ini ada dua macam, yaitu sebagai berikut:
1.    Garu piring aksi tunggal
Apabila posisi garu piring dalam penggandengannya dengan traktor menyamping, maka garu tersebut disebut garu offset. Bagian-bagian dari garu piring adalah : piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan (bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper).
2.    Garu piring aksi ganda
Piringan dapat bersisi rata atau bergerigi. Piringan yang bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm. Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh gelondong(spool).Masing-masing as (gang) diikat ke rangka melalui standar yang berdiri pada bantalan. Untuk garu yang ringan satu as mempunyai dua bantalan, sedangkan yang berat lebih dari dua bantalan. Pada ujung as di bagian cembung piringan ditempatkan bumber berupa besi tuang yang cukup berat untuk menambah tekanan ke samping. Apabila garu piring tidak cukup berat untuk memecah tanah, maka dapat ditambah beban yang ditempatkan pada kotak pemberat. Untuk membersihkan tanah yang melekat pada piringan, biasanya setiap piringan dilengkapi dengan pengeruk tanah (scraper) yang diikat pada rangka.
Garu piringan yang digunakan sebelum pembajakan untuk memotong sisa tanaman yang tertinggal dipermukaan tanah dan menggemburkan tanah lapisan atas sehingga paliran akan membentuk hubungan yang lebih baik dengan tapak paliran sehingga mencegah terbentuknya ruang-ruang udara saat paliran dibalik. Penggunaan setelah pembajakan untuk menggemburkan tanah dan menempatkan tanah dalam keadaan yang lebih baik bagi benih. Tujuan lain adalah:
o   Menyiapkan lahan dalam keadaan siap tanam
o    Pendangiran tanah
o    Pemberaan
o   Menutup biji yang disebarkan dengan tanah.
Pembajakan yang baik terdiri atas pembalikan dan pemerataan tanah, pembuatan paliran yang bersih bulat seragam. Pembajakan memiliki peran penting dalam pengolahan tanah, sehingga perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
·      Puncak paliran (furrow) sedikit bergerigi.
·      Tanah harus digemburkan dengan sempurna dari puncak sampai dasar paliran.
·      Masing-masing paliran harus lurus dari ujung ke ujung lahan yang rata.
·      Setiap paliran balik sedikit lebih tinggi dan segala macam seresah tertimbun dengan sempurna.
·      Garis besar paliran harus pada satu titik tanpa patahan dan cekungan.
·       Semua seresah harus terbenam empurna di sudut kanan paliran yang lebih rendah.
·       Paliran haris sepenuhnya seragam.
·      Kedalaman semua paliran harus sama, yang berlanjut dengan kedalaman yang seragam.
·       Alur buntu harus bebas dari semua seresah.
·      Jalur yang tak terpecah tidak boleh dibiarkan di antara paliran dalam pembajakan menurut kontur (garis tinggi).

3.3. Fungsi Pengolahan Tanah
Fungsi tanah yang primer menurut Haryadi (1988) adalah :
1.    Memberikan unsur-unsur mineral, melayani baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan.
2.    Memberikan air dan melayaninya sebagai perubahan.
3.    Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak. Untuk mendapatkan tanah yang bagus, maka pengolahan tanah disesuaikan dengan kondisi lingkungan antara lain: iklim, keadaan tanah, jenis tanaman dan saat tanam.
4.    Pengolahan tanah dimaksudkan untuk memecahkan gumpalan tanah menjadi gembur dan mengatur kesuburan tanah sehingga sesuai untuk ditanami. Pengolahan tanah bertujuan untuk:
a)    Menciptakan struktur yang ideal bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik.
b)   Membersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman.
c)    Memperbaiki aerasi dan drainase.
d)   Untuk mencapai tujuan tersebut biasanya pengolahan tanah dilakukan beberapakali. Cara dan saat pengolahan tanah disesuaikan dengan kondisi lingkungan antara lain:
1. Pengolahan tanah dengan tenaga manusia.
2. Pengolahan tanah dengan tenaga hewan (ternak).
3. Pengolahan tanah dengan tenaga mesin.
3.4. Dampak Pengolahan Tanah
a. Dampak Positif
Adapun dampak positif dari pengolahan tanah ini adalah:
·  Meregangkan tanah sehingga tercipta ruang dan pori-pori yang memungkinkan tanah mendapatkan aerasi udara.
·  Membantu mencapuradukkan residu tanaman, materi organik tanah, dan nutrisi menjadi lebih merata.
·  Membunuh gulma secara mekanis.
·  Mengeringkan tanah sebelum penanaman benih. Hal ini merupakan dampak yang positif pada wilayah beriklim basah.
·  Ketika dilakukan di musim gugur, pengolahan tanah membantu meremahkan tanah sepanjang musim dingin melalui mekanisme pembekuan dan pelelehan yang dapat terjadi berkali-kali sepanjang musim dingin. Hal ini membantu persiapan penanaman untuk musim semi.
b.    Dampak Negatif
Adapun dampak negatif dari pengolahan tanah ini adalah:
·  Mengeringkan tanah sebelum penanaman benih. Hal ini merupakan dampak yang negatif pada wilayah beriklim kering.
·  Tanah akan kehilangan banyak nutrisi seperti nitrogen dan kemampuannya dalam menyimpan air.
·  Mengurangi laju penyerapan air sehingga meningkatkan erosi tanah.
·  Pembajakan mengurangi tingkat kohesi antar partikel tanah sehingga mempercepat erosi.
·  Dengan laju penyerapan air berkurang, maka ada risiko terjadi aliran air permukaan yang membawa residu pupuk dan pestisida yang digunakan pada periode penanaman sebelumnya.
·  Mengurangi kadar organik tanah.
·  Mengurangi jumlah organisme tanah bermanfaat seperti mikroba, cacing tanah, semut, dan sebagainya.
·  Menghancurkan agregat tanah.
·  Risiko terjadi pemadatan tanah pada bagian yang tidak terbajak.
·  Residu tanaman yang hancur dan tersisa di tanah dapat mengundang organisme dan serangga yang tidak diinginkan dan berpotensi mengganggu produksi, juga mengundang penyakit.
Akan tetapi semua dampak positif dan negatif tersebut dapat terjadi maupun tidak karena bergantung pada banyak faktor, diantaranya:
·      Jenis implemen yang digunakan.
·      Pembajakan tanah di malam hari dapat mengurangi jumlah gulma yang tumbuh karena benih gulma yang masih terdormansi dapat tumbuh ketika terpapar cahaya matahari.
·      Penggunaan implemen tertentu, terutama yang tidak mencapai tanah dalam, (misal bajak piring) tidak membutuhkan traksi yang tinggi sehingga dapat mempercepat pekerjaan pengolahan tanah sehingga pengolahan tanah intensif dapat dilakukan dengan jumlah jam kerja yang lebih sedikit. Penggunaan implemen jamak (misal traktor menarik bajak dan garu sekaligus) juga mengurangi jam kerja traktor, namun risiko pemadatan tanah lebih besar.
·      Sudut mata bajak juga berpengaruh dalam memperlakukan residu tanaman.
·      Jumlah residu tanaman yang tertinggal mempengaruhi laju erosi tanah; semakin banyak residu tanaman, pergerakan air lebih terhambat sehingga erosi berkurang.

BAB IV
 PENUTUP
4.1.   Kesimpulan
Dari hasil referensi beserta hasil pengamatan langsung, didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1.    Berbagai jenis bajak  digunakan berdasarkan jenis tanah yang akan diolah agar penggunaan dan hasil bajakan tanah menjadi maksimal.
2.    Bajak singkal adalah bajak yang paling umum digunakan.
3.    Setiap jenis bajak memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda sesuai dengan pengaplikasiannya.
4.    Penggunaan bajak mekanis lebih menghemat waktu dan tenaga (lebih efisien).



















DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional, 2009. Traktor Roda Dua-Unjuk Kerja dan Cara Uji.http://pphp.deptan.go.id/download/layanan_informasi/mutu_dan_standarisasi/sni-sni_tanaman_pangan/31146_sni_0738-2010.pdf.
Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.

Pak Tas, 2008. Pengantar Mata Kuliah Mesin Peralatan Pertanian. http://teknoperta.wordpress.com/2008/09/18/pengantar-mk-mesin-peralatan-pertanian-2/. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
Rao,N. S. Subba,1994. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-15415-Chapter1-203019.pdf. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015
Smith, H. P. dan Wilkes, L. H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani (Edisi keenam). Texas: Gadjah Mada University Press.


1 komentar:

  1. Banyak alat pertanian tradisional yang berperan untuk mengolah tanah, seperti arit cangkul sorok dll

    BalasHapus